Tahukah anda perusahaan PT IMIP? Ya, perusahaan ini terletak di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Perusahaan ini berdiri sejak 19 September 2013, dengan bentuk badan hukum perseroan terbatas. Pemegang saham PT IMIP adalah Shanghai Decent Investment sebesar 49,69%, dan PT Sulawesi Mining Investment sebesar 25%, dan PT Bintang Delapan Investama sebesar 25,31%. PT IMIP merupakan salah satu perusahaan yang mengelola kawasan industri berbasis nikel. Perusahaan ini terintegrasi dengan produk utama yang di miliki berupa nikel, stainless stell, dan carbon steel. PT IMIP adalah singkatan dari Indonesia Morowali Industrial Park, yang memiliki misi menjadikan kawasan industri yang terintegrasi, nyaman, kompetitif, serta berkawasan lingkungan. Hingga saat ini PT IMIP telah, menjadi produsen nikel terbesar di Indonesia. Apakah 3 Dampak PT IMIP Dari Berbagai Aspek:
Sebelum masuk ke dampak-dampak yang disebabkan dari perusahaan ini, PT IMIP juga memiliki beberapa industri pendukung, yakni:
– Coal power plant
– Pabrik pangan
– Silikon
– Chrome
– Kapur
– Kokas
– Pelabuhan samudera
– Bandara
3 Dampak PT IMIP Dari Berbagai Aspek
Berikut 3 Dampak PT IMIP Di Berbagai Aspek :
- Efek Aktivitas Tambang Nikel
Morowali menjadi alah satu contoh daerah penghasil nikel terbesar di dunia. Sekaligus menjadikan pesisir Morowali juga merupakan lokasi dumping limbah tambang terbessat di dunia.
Hampir setiap tahun rencana penambahan smelter baru, dan selalu muncul pertanyaan “Kemana limbah akan dibuang?”. Adapun dampak pembuangan limbah tailing ke laut di antaranya?
– Pendangkalan dan perubahan bentang alam dasar laut.
– Penurunan kesuburan perairan
– Hilangnya keanekaragaman hayati. - Dampak bagi ekosistem dan kehidupan maritim Morowali
Perairan Morowali terletak di dalam segitiga biodiversitas koral, rumah bagi berbagai jenis koral yang terancam. Akibat pembuangan limbah dari perusahaan ini merusak terumbu karang. Terumbu karang merupakan habitat berbagai sumber daya laut bernilai ekonomi. - Dampak bagi nelayan
Sejak IMIP beroperasi, nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan. Metode tangkap yang digunakan juga tidak lagi efektif. Sebagian nelayan tetap bertahan melaut, sebagian lainnya memilih untuk menjadi pegawai tambang. Penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan ini mengubah mata pencaharian masyarakat yang sebelumnya bertani, berladang, dan melaut mulai bergeser.
Selain itu ekositem di salah satu desa di Kabupaten Morowali, yaitu Desa Laroenai mengalami sedimentasi sehingga hutan mangrove yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai lokasi budidaya kepiting menjadi rusak.
Dari berbagai dampak dari perusahaan ini membuat banyak Konversi energi minyak ke energi berbasis listrik dengan penggunaan kendaraan listrik memang meminimalisir emisi gas kendaraan bermotor yang berdampak pada perubahan iklim. Tetapi menjadi konversi energi bersih yang tidak sebanding akibat pelanggaran oleh aktivitas penambangan nikel sebagai salah satu komponen penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Di pesisir pantai menjadi banyak ditemukan endapan lumpur sisa tambang dengan kandungan logam dan bahan kimia berbahaya.